Pak Kusmayanto yang terhormat, Membuat batik itu tidak mudah. Dari tiap motif punya cara yang berbeda untuk mencantingnya, dari situ aja kelihatan bapak kebingungan. ini yang saya protes dari bapak, mbak riana udah nyeletuk tentang batik asalan, batik itu punya tata caranya dalam membuatnya, bukan asal di pasang di kain aja, ada aturannya seperti yang diajarkan sama bapak saya. saya orangnya berpikiran terbuka dengan teknologi, cuma kalo tata cara mbatik nya asal comot dari gambar terus dijadikan sebagai motif tiga dimensi, lalu pada saat jadinya malah numpuk-numpuk engga jelas seperti yang saya liat di televisi saat bapak, pak budiono sama pak SBY pakai.itu bukan batik pak. apa kata orang luar yang udah capek-capek mempromosikan batik tradisional sebagai budaya yang memiliki nilai dan keunikkan yang tinggi sebagai warisan dunia ?
Bagi yang mampu menginovasi batik bila mampu melewati aturan-aturan yang ada dalam batik, untuk saya sih silahkan silahkan aja, misalnya batik cap. batik cap dalam pembuatannya capnya juga mengikuti aturan untuk membuat batik. ada nilai yang hendak diturunkan oleh para nenek moyang kita disaat hendak membatik. baik cap maupun tulis.
batik toh engga hanya ada di pulau jawa, tapi batik ada di nusantara. tiap daerah punya aturannya masing masing untuk membuatnya. jangan direndahkan dong, sebagai batik asalan hasil rumus matematika yang mungkin bapak juga ngga ngerti. udah motifnya ndak punya nilai, aturan pembuatan di kain juga ngasal. Teknologi macam apa itu ? malah membuat nama nusantara malu jika ketahuan di luar sana. bagaimana bapak bisa mengerti batik itu bagaimana jika proses pembuatannya juga tidak bapak ketahui. jadi pada batik itu ada nilai, proses dan aturannya dalam menaruhkannya dalam kain.
-emie
--- In Forum-Pembaca-
>
> Terima kasih Ibu Emie.
>
> Saya mohon izin meneruskan email Ibu ini pada rekan-rekan senirupa,
> khususnya seni batik. tentu mereka lebih paham. Saya akan ajak kawan-kawan
> yang pro dan kontra untuk memperkaya diskusi ini.
>
> Salam hangat,
> KK
>
>
>
> > Saya merasa menteri riset dan teknologi saat ini aneh, hal yang tidak
> > dimengerti malah didukung, jangan jangan benar bahwa bapak ini tidak
> > mengerti batik, sehingga dua hal yang tidak dimengerti malah didukung.
> > Dengan segala perandaian bapak menyebutkan bahwa teknologi tinggi jangan
> > ditentang dan tidak dipergunakan untuk mendukung kemajuan para pembatik,
> > toh kami sebagai para pembatik tidak merasakan apa gunanya batik fractal
> > dan tidak melihat apa keuntungannya batik fractal bagi kami karena batik
> > yang telah kami ciptakan dan sebarkan selama ini mempunyai nilai budaya
> > tinggi ketimbang batik fractal yang bapak dengung dengungkan (yang bapak
> > sendiri tidak mengerti apa itu batik dan fraktal). Kami sebagai agen
> > penerus budaya bangsa malah disebut kuno dan kaku karena tidak menghargai
> > teknologi. Ini khan penghinaan kepada budaya masa lampau dan budaya bangsa
> > secara tidak langsung. Masa mentri sikapnya demikian. Setahu saya seperti
> > yang diajarkan oleh guru saya di sekolah bahwa pengetahuan adalah alat
> > untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa bukan merendahkan kebudayaan
> > bangsa.
> > Jangan jauh jauh bicara soal motif baru deh, motif lama aja belum di
> > eksporasi secara maksimal, dari 1 juta motif batik yang memiliki nilai
> > filosofis belum diekplorasi dengan maksimal kok, dan saya yakin banyak
> > para pengrajin yang menjadi agen budaya bangsa seperti saya mencoba
> > melestarikannya di daerah masing masing walau batik yang terkenal itu ada
> > nya di daerah saya.
> > Bagaimana mungkin kami bisa menjalankan apa yang bapak kemukakan wong
> > bapak sendiri tidak mengerti batik kok, boro boro fractal batik aja ngga
> > ngerti. Tolong donk bapak lihat lihat lagi siapa anak muda yang
> > berprestasi untuk didukung jangan mendukung teknologi yang merusak nilai
> > budaya bangsa. Bagaimana kita bertanggung jawab pada anak cucu kitanya
> > nanti bila dia berkata, batik itu kan cuma gambar biasa yang bentuknya
> > indah dan dengan komposisi warna yang menawan.
> >
> > Ini sudah rusak, siapa yang hendak bertanggung jawab ?
> >
> >
> > Emie-
> >
> > ------------
> > It is just a tool ! -- Re: Teknologi Jangan Sampai Merusak Batik!!
> >
> > Terima kasih Ibu Riana Helmi,
> > Tidak perlu khawatir berlebihan.
> > Saya yakin Ibu tidak akan ikut latah mengharamkan Facebook ya Bu?
> >
> > Saya sadar bahwa setiap ada ide baru akan mendapatkan tantangan sampai
> > penolakan.
> >
> > Tengok saat komputer ditemukan. Banyak pro dan kontra.
> > Kala komputer diadu dengan pemain catur terbaik dunia dan pecatur kalah.
> > Apakah kemudian kita loncat pada kesimpulan bahwa komputer mematikan
> > olahraga catur ?
> > Ketika komputer mampu menghasilkan komposisi musik yang tidak kalah
> > indahnya dengan mahakarya musikus besar kita tidak mengatakan komputer
> > merendahkan dan merusak keindahan musik.
> >
> > Begitu juga dengan komputer yang menggunakan geometri fraktal dan
> > computer aided design dalam menghasilkan rancangan batik.
> >
> > Berikut kutipan diskusi saya dengan banyak kawan yang juga peduli
> > memberi masukan sampai kritik.
> >
> > Salam hangat,
> > KK
> >
> > ------------
> > Email-1:
> >
> > Wah wah wah ...
> > Ada apa gerangan?
> >
> > Tiga tokoh di PixelPeople yang memproduksi jBatik sering saya temui dan
> > ajak diskusi. Tidak ada kesan sama sekali ada kesan atau upaya melakukan
> > tindakan semena-mena. Apalagi merendahkan orang lain dan kemampuannya.
> > Dengan rendah hati mereka mengatakan bahwa geometri fraktal dan Computer
> > Aided Design banyak membantu para perancang untuk menghasilkan karya
> > batik yang spektakuler. Kegigihan mereka luarbiasa.
> >
> > Niat mereka luhur dan saya tengok mereka tidak ingin terbelenggu dalam
> > pembatasan2 yang memenjarakan kebebasan berkreasi. Saya selalu menikmati
> > tulisan-tulisan mereka yang sering muncul di media, khusunya Kompas.
> > Saya bukan ahli geometri fraktal, bukan ahli CAD dan bukan pula ahli
> > merancang serta membuat batik. Saya pendukung setia dan pendorong
> > semangat anak-anak Indonesia dalam berkreasi dalam bidang iptek serta
> > berani menanggung risiko perlawanan dari upaya mendobrak tembok-tembok
> > kekerdilan.
> >
> > Perkenankan saya tutup email ini dengan mengacu pada pepatah pembakar
> > semangat perjuangan
> >
> > "Darkness can not drive out darkness. Only light can do that.
> > Hate can not drive out hate, only love can do that"
> > Martin Luther King
> >
> > Jabat erat,
> > KK
> >
> >
> > ------------
> > Email-2
> >
> > Mas AA yb,
> >
> > Offense is always welcome. I am brave enough to face it, each and
> > everyday. Though I am a lover not a fighter !
> >
> > Batik di media keramik sudah banyak, khususnya di Bali. Kami ada satu
> > unit riset di Bali yang menjadi mitra bagi seniman dalam mengekspresikan
> > kreativitasnya dalam memilih media, proses pembuatan, pewarnaan dll.
> > Bahkan sudah ada seni batik diatas media kulit telur.
> >
> > Kini ada jurang besar antara batik tulis halus yang merupakan mahakarya
> > maestro batik. Batik-batik ini hanya dapat dijangkau kaum darah biru dan
> > borju. Banyak juga batik yang pasaran bahkan datang dari Cina dengan
> > fabrik murah dan diproduksi cetak dengan kualitas rendah.
> >
> > Jurang pemisah ini kita upayakan menjadi kecil. Dengan teknologi (ilmu,
> > seni, ekonomi dan enjiniring), batik yang merupakan tradisi dan citra
> > Indonesia ini kita jadikan karya berkualitas, masal dan terjangkau.
> >
> > Jangan biarkan Xixo bingung dengan botol Cocacola,
> > KK
> >
> > ------------
> > Email-3
> >
> > Kawan-kawan,
> >
> > Masih banyak jurang pemisah kita temui disekitar kita, termasuk tentunya
> > dalam seni dan kriya batik, diantaranya:
> > a. Maestro dengan pemula
> > b. Pabrik garmen dengan ATBM
> > c. Butik dengan PKL
> > d. Industri TPT dengan industri rumahan
> >
> > Teknologi adalah salah satu dan bukan satu-satunya faktor penentu dalam
> > upaya memperkecil jurang tersebut.
> >
> > Jangan biarkan the fortunate and the less fortunate people semakin jauh
> > satu dengan yang lainnya.
> >
> > Salam hangat,
> > KK
> >
> > ------------
> >
> >
> > On Fri, 2009-08-14 at 01:37 +0000, Riana Helmi wrote:
> >>
> >> Batik Indonesia tengah duka cita! Di satu sisi kita berjuang
> >> mati-matian dengan promosi ke luar negeri agar batik Indonesia
> >> dikenal, dibeli, eksis — eh, kita kecolongan, karena yang
> >> mampu
> >> membuat hak paten atas batik ternyata justru Malaysia.
> >>
> >> Dan berita yang lebih mengejutkan saya adalah saat peringatan Hari
> >> Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas). Acara puncaknya
> >> diselenggarakan di Ruang Auditorium BPPT, 10 Agustus 2009. Pada acara
> >> tersebut Mennegristek, Kusmayanto Kadiman mendemonstrasikan batik
> >> fraktal: seni batik melalui pola yang dimodelkan dalam rumus
> >> matematika dengan menggunakan teknologi komputer.
> >>
> >> Batik dalam pandangan saya meliputi kesatuan antara motif dan proses.
> >> Kita tidak dapat melihat semata-mata motif. Kesatuan inilah yang
> >> membuat batik menjadi bernilai adiluhung. Walaupun metode berkembang:
> >> dari batik tulis, cap, hingga print, tetapi pakem-pakem batik yang ada
> >> tetap dipenuhi.
> >>
> >> Pak Menteri mengatakan batif fraktal sebagai solusi baru. Tetapi saya
> >> tidak mengerti apa maksudnya. Apa yang baru disana? Batik fraktal
> >> tidak menjadi teknik produksi batik yang lebih cepat dan murah. Yang
> >> mengatasi masalah ini adalah batik print, bukan batik fraktal.
> >>
> >> Dalam pandangan saya, batik fraktal hanyalah salah satu bentuk pola
> >> visual komputer. Dan ketika saya amati hasil karyanya satu persatu,
> >> saya tidak menemukan hal yang indah di sana. Saya tidak tahu apa yang
> >> salah. Masa sepotongan gambar yang melengkung-melengku
> >> lalu di gambar di kain bisa kita sebut batik? Ini akan merusak
> >> nilai-nilai batik. Seni adalah rasa. Harus ada kreativitas. Masa
> >> pembatik disamakan seenak perut dengan robot yang membatik.
> >> Jangan-jangan pak Menteri emang ngak ngerti batik.
> >>
> >> Teknologi kok malah merusak budaya si Pak? Pakem-pakem pada batik
> >> adalah nilai adiluhung bangsa yang harus kita lestarikan. Bukan
> >> dirusak dengan gambar asal-asalan. Sudah kasus Blue Energi, Super Toy,
> >> eh sekarang Batik Asalan... Wajar saja negeri kita ngak maju-maju,
> >> wong menteri risetnya aja kayak gini.
> >>
> >> Salam Dari Pekalongan
> >> Riana Helmi
>
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe