Monday, November 02, 2009

[media-bali] Cicak-cicak Bersatulah dan/atau Tikus-tikus Bersatulah

 

Reformasi atau Transformasi?

 

SBY Kecewa National Summit 'Dikalahkan" KPK, begitu judul berita di VIVAnews. Saya Juga Kecewa Pak SBY (dengan alasan berbeda) karena National Summit adalah ajang legitimasi politik rencana membuka pintu penghisapan sistematik paling kolosal sejak Republik didirikan. Ini SKANDAL TERBESAR TAHUN INI!

 

Dalam salah satu orasi oleh wakil organisasi pendukung  aksi mendukung KPK kemarin (2 Nopember 2009) di Depan Istana, diteriakkan bahwa korupsilah yang menyebabkan rakyat miskin.

 

Tidak ada keberatan tapi jangan dilupakan bahwa sumber utama kemiskinan rakyat adalah penghisapan dan penjajahan sistimatis oleh kuasa modal atas negeri yang kaya-raya ini. Tikus Mati di Lumbung Padi!. Inilah persoalan terbesar di negeri ini.

 

Pemberantasan Korupsi Harus Didukung, Penghisapan dan Penjajahan Baru (serta Antek-anteknya) Harus Dilawan. Mas Teten Masduki menulis "Cicak-cicak Bersatulah", saya menulis "Tikus-Tikus Bersatulah".

 

Bila dukungan terhadap Bibit dan Chandra, KPK, Gerakan Lawan Korupsi di facebook (sebagai salah satu contoh perlawanan) dengan cepat membesar dan beranak pinak, kenapa soal perlawanan atas penghisapan dan penjajahan negeri dari ujung mouse tidak kunjung menjadi masif dan beranak pinak?

 

Adakah ini soal jarak dan senjang antara gerakan reformis dan gerakan radikal/revolusioner/transformatif? Gerakan perubahan sosial tanpa perombakan struktur dan sistim sosial, dengan gerakan perubahan sosial dengan perombakan struktur dan sistim sosial?  Lepas dari itu bagi saya gerakan melawan buaya dan godzilla ini adalah momentum untuk sampai kepada kesadaran gerakan yang trasformatif atau revolusioner. Atau gerakan tetap berhenti pada wataknya yang  reformis.

 

 

Skandal National Summit Dan Rakyat Yang Selalu Terjepit

 

Obral Paling Kolosal Sejak Republik Berdiri

 

Siaran Pers Bersama, 30 Oktober 2009

 

WALHI, KIARA, JATAM, ICEL, KAU, Institute Hijau Indonesia, Reform Institute, LIMA

 

(tertanda : Hendri Saparini, Teguh Surya, Riza Damanik, Siti Maimunah, Chalid Muhammad, Yudi Latif, Ray Rangkuti, Dani Setiawan, Rino Subagio)

 

 

National Summit, yang diselenggarakan sebagai ajang bagi Kabinet Indonesia Bersatu Jilid Dua mendengarkan keluh-kesah para kuasa modal domestik dan asing, sungguh merupakan skandal terbesar tahun ini. Summit yang berlangsung pada 29-31 Oktober 2009, telah menempatkan ihwal keselamatan Rakyat diposisi terendah dibanding hasrat untuk melayani kepentingan modal oleh rezim SBY-Boediono. Bahkan secara nyata National Summit menjadi ajang pemberian dukungan politik dan hukum secara penuh dari kekuasaan terhadap sebuah rencana sistematik paling kolosal sejak Republik Indonesia didirikan untuk membuka seluas-luasnya pasar obral tanah, kekayaan alam dan buruh.

 

Lebih dari empat dekade rejim pengerukan dan pengurasan bahan tambang, minyak dan gas, hutan dan perkebunan, kelautan dan perikanan, secara blak-blakan mamamerkan tanpa rasa malu ketergantungan Indonesia pada kekuatan ekonomi negara asing, lembaga-lembaga keuangan internasional, serta kekuatan korporasi multinasional dan transnasional. Tanah tergerus, kekayaan alam menyusut, pemiskinan terus berlanjut, dampak bencana semakin menghebat dan Indonesia pun menjadi salahsatu negara penghutang terbesar di dunia.


Selengkapnya

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/11/cicak-cicak-bersatulah-atau-tikus-tikus.html





-

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Finance

It's Now Personal

Guides, news,

advice & more.

Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Need traffic?

Drive customers

With search ads

on Yahoo!

.

__,_._,___

No comments: